position:fixed;bottom:0px; right:0px;

hii

Kamis, 03 Maret 2016

Tgs 2: Upload Cerpen delima dan Puisi kembalilah cahaya hidup


DELIMA
Terdapat sebuah pekuburan yang  letaknya tak jauh dari kantor tempatku bekerja. Aku selalu melewati pekuburan tersebut ketika berangkat bekerja, selalu saja  air mataku  menetes dan ingatan itu satu persatu kembali muncul dalam benakku. Sepuluh tahun yang lalu, sebuah peristiwa telah terjadi padaku. Sampai detik ini aku masih  mengingat semua peristiwa  telah membuat hidupku berubah.
Pada suatu hari terdengar suara berisik telah menggangu tidurku. Jam dinding masih menunjukan pukul enam pagi, Aku melangkahkan kaki menuju asal suara yang telah membuatku terbangun. Suara tersebut ternyata berasal dari gudang tua yang letaknya tak jauh dari kamarku. Aku mendapati sesosok lelaki yang bermata tajam, ia menatapku sembari memberikan senyum hangat di wajahnya, lalu ciuman mendarat di keningku.
 “Selamat pagi sayang, baru bangun ya?” Dialah satu satunya lelaki yang palingku cintai di dunia ini.
“ Iya, Ayah sedang apa?”
 “Membersihkan gudang, kamu mau membantu? Lekas buka peti tua disudut gudang itu!” segeraku buka peti tua tersebut, ternyata isinya berupa buku-buku tua yang usang dan berdebu.
“Isinya buku buku tua! Mau dibuang semuanya ya?” Wajah Ayah berubah setelah mendengar ucapanku, seakan ada badai telah melanda hatinya. Segera ku hampiri Ayah.
“Apa aku salah bicara yah ?”
“Kamu mau membuang semua buku-buku milik Ibumu?” Aku sangat tidak menyangka kalau Ayah masih menyimpan beberapa koleksi buku milik Ibu.
“Tidak, Ayah. Akan aku rapikan buku-buku milik Ibu” dengan perasaan bersalah, segeraku pilih buku yang masih bisa dibaca dan kuletakkan di perpustakaan kecil milik kami.
Wajah Ayah yang suram telah kembali hangat seperti biasanya, terlihat di wajahnya kalau badai yang telah aku buat tadi telah sirna. Kini Ayah sibuk memperbaiki pintu gudang yang macet, seraya bernyayi untuk menghibur dirinya sendiri. Aku sangat senang karena Ayah telah kembali bersemangat seperti biasanya, Aku melangkah menuju dapur dan membuat sarapan untuk kami. Ketika sedang asyik mengoleskan selai pada roti, Aku tak sengaja melihat keluar jendela.
“Seorang tukang pos ?” Aku segera berlari menghampiri kotak pos yang telah lama kosong. Kalau di ingat-ingat dua minggu yang lalu, Aku dan Ayah ingin menanggalkan kotak pos tersebut. Karena kami rasa di zaman yang canggih ini, tidak ada lagi orang yang ingin berkirim surat melalui jasa kantor pos.
 Setelah tiba di depan kotak pos tersebut, segeraku ambil surat yang berada di dalamnya. Ternyata terdapat dua pucuk surat, surat pertama dari kantor KPU, yang isinya undangan pencoblosan kepala daerah dan surat kedua memiliki amplop berwarna merah muda, layaknya surat cinta dari seorang pemuda kepada gadis idamannya. Aku hanya tersenyum sambari memandangi surat tersebut  
“Mungkinkah surat ini untuk diriku, siapa lelaki romantis yang telah mengirim surat dengan amplop merah muda ?”  yang sangat membuatku terkejut adalah surat itu bukan dari seorang lelaki, namun dari seorang wanita yang bernama Imaidina dan surat itu ditujukan untuk Ayahku. Segera ku baca isi surat tersebut.

Untuk yang tercinta
Aldo S.

Aku adalah sebatang lilin kesepian, sejak kau hadir di hidupku, kau nyalakan secercah cahaya pada lilin kesepian ini.  Aku akan selalu menerangi hidupmu asalkan kau ijinkanlah aku untuk selalu bersama denganmu. Walaupun aku tahu, sebatang lilin pada akhirnya akan meleleh demi menerangi hidup orang yang di cintainya.Ttetaplah yakin atas cintaku padamu.

Ima



“Apakah ini mimpi?” Seorang wanita telah mengirimkan surat cinta, kepada pria yang sekarang statusnya duda dan memiliki anak gadis berusia 15 tahun. Aku sungguh tidak mengerti,  ada wanita yang mengirimkan surat cinta pada Ayahku. Dan bodohnya Aku adalah orang pertama yang membaca surat ini. Apakah di seorang wanita yang hidup puluhan tahun yang lalu, sehingga Dia mencoba mendekati Ayahku dengan surat murahan tersebut. Lamunanku terhenti, Aku mendengar Ayah memanggilku dari kejauhan. Aku memutuskan untuk menyembunyikan surat tersebut dari Ayah, aku sangat tidak rela kalau Ayah akan berhubungan dengan wanita rendahan yang bernama Imaidina.
“Ada surat datang ya, tumben?”
“Bukan surat sih, tapi undangan pencoblosan kepala daerah” Segera Aku serahkan undangan tersebut kepada Ayah. Ia kembali bertanya padaku.
“Kau letakkan dimana buku buku Ibumu ?”
“Aku menyusunnya di perpustakaan kita, Ayah  ayo kita sarapan !”  dengan lahap kami memakan dua lembar roti tawar dengan selai kacang, tak lupa aku menyiapkan kopi hangat untuk Ayah, dan segelas susu coklat untukku.
Setelah sarapan, Ayah menuju ruang tamu untuk menonton televisi. Aku membereskan meja makan, mencuci piring kotor dan membersihkan dapur. Aku kembali teringat surat cinta yang aku peroleh tadi pagi, ku rogoh saku celana yang didalamnya berisi surat tersebut. aku segera bergegas menuju kamarku, surat tersebut aku letakkan di dalam lemari yang terkunci, dengan harapan Ayah tidak akan menemukannya apalagi membaca isinya.
Ketika ingin pergi tidur, Aku kembali teringat pada surat cinta tersebut. Dalam hatiku yang paling dalam, aku sangat yakin kalau Ayah akan selalu mencintai Ibu, Dia pasti akan menolak untuk menikah lagi. Aku masih mengingat janji telah di ucapkan oleh Ayah ketika Ibuku sedang sakit, beliau mengatakan bahwa akan menjaga diriku serta berjanji tidak akan menikah lagi. Walaupun maut telah memisahkan mereka, Aku sangat yakin bahwa Ayah akan tetap mencintai Ibuku,.
“Tuhan, cobaan apa yang akan menimpa hambamu ini?  tak cukupkah kau pisahkan Aku dengan Ibuku? ditambah lagi sekarang ada seorang wanita yang mencintai Ayahku, Aku jelas sangat tidak ingin memiliki Ibu tiri”
Kesedihan ini terasa sangat menyiksa batinku, air mata masih mengalir membasahi pipiku, dengan berjalannya waktu perlahan mataku tertutup.. Hati kecilku sangat takut akan sosok ibu tiri, yang mungkin saja akan datang menghampiriku. Dengan perlahan Ia nantinya akan menghasut Ayah, sehingga ia tidak akan mempercayai dan menyayangiku lagi. Kisah hidupku akan penuh dengan derita dan siksa dari seorang Ibu tiri yang kejam. Mungkin menurut Ayah ini hanya terdapat dalam film ataupun cerita pendek, namun kenyataannya yang Aku tahu, memang begitulah Ibu tiri di dunia nyata.
Pada hari berikutnya, Aku kembali dikejutkan dengan melihat seseorang yang sangat ku benci.
“Tukang pos lagi ?” Beberapa hari yang lalu, tukang pos telah menyampaikan surat cinta untuk Ayah, sekarang apakah si wanita murahan itu masih saja ingin menggoda Ayahku. Segera Aku berlari menghampiri kotak pos tersebut, ku lihat hanya ada sepucuk surat yang benar saja, nama Imaidina melekat pada surat tersebut.
Aku berlari menuju kamar, mengunci pintu dan segera membaca surat tersebut


Untuk yang tercinta
Aldo  S.

Aku sangat bahagia karena sebentar lagi kita akan segera menikah. Aku adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi isteri dan ibu yang baik di masa depan. Terima kasih atas cinta dan kesempatan yang telah kau berikan padaku. Aku sangat bahagia bisa bersama dengan dirimu.

Ima


Bagai ada  petir telah menyambar kepalaku, kilat yang membutakan mataku, tubuh yang dulu kering, sekarang dipenuhi keringat dingin. Semua kebahagiaan seakan sirna,  setelah Aku membaca surat terkutuk dari wanita yang bernama Imaidina. Sungguh ini adalah sebuah bukti penghianatan atas cinta Ibuku.
Hasutan dari iblis merasuk kedalam hati, sehingga Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Aku sudah tak peduli lagi pada Ayah dan keinginannya untuk menikah lagi. Jangankan melihat Imaidina, mendengar suaranya pun, aku sudah tak sudi. Dia bagaikan iblis yang sengaja tercipta untuk menyiksaku dikemudian hari.
Dengan wajah sendu, Aku memutuskan untuk meninggalkan rumah untuk pergi menuju sebuah kota dimana Tanteku tinggal. Aku pergi kesana dengan menggunakan bus. Perjalanan selama dua hari telah cukup untuk mengantarku ke kota tersebut. Aku masih mengenali jalanan di kota itu, kemudian dengan menggunakan angkot aku pergi menuju rumah tanteku.
Aku mengetuk pintu, Setelah pintu rumah terbuka, kulihat Tante keluar bersama dengan seorang wanita cantik. Wanita itu langsung memeluk tubuhku. Aku berontak, lalu mendorong tubuh wanita itu.
“Siapa kamu?” Ucapku
“Apa kamu tidak mau melihat ayahmu untuk terakhir kali ? ayo cepat pulang ke rumahmu !” ucapnya. Aku berbisik kepada Tante,
“Memangnya apa yang terjadi pada Ayah?” Tante meneteskan air mata, Aku pun bingung. Lalu aku membentak wanita tersebut,
“Aku sudah tidak peduli lagi pada Ayahku, Aku sudah menerima sebuah surat yang menyatakan bahwa Ayah akan segera menikahi seorang wanita yang bernama Ima. . . maksudku wanita yang bernama lengkap Imaidina. Dialah  yang kelak akan menjadi Ibu tiriku. Itulah alasannya sehingga aku memilih untuk pergi dan tinggal disini” Tante menarik tanganku dan berkata  
“Ini hanyalah sebuah kesalahpahaman, dengarkan Tante baik baik. Apa kau ingat siapa nama lengkap Ibumu?”
“Delima Sarasvati” jawabku. Tante memelukku,
“Ima adalah nama panggilan sayang dari Ayahmu untuk Ibumu, ketahuilah bahwa Ibumu memiliki saudara tiri yang bernama Imaidina. Surat yang kau baca  itu  adalah surat cinta milik Ibumu, karena terlalu malu maka Ibumu tidak mengirimkan surat tersebut kepada ayahmu, Tante juga mengetahui bahwa Dina memang mengirimkan surat itu untuk ayahmu,”
“Lalu, mengapa surat itu ada di tangan Dina?”tanyaku
“Surat itu dititipkan Ibumu kepada  Dina untuk disimpan” Wanita cantik itu menahan tangis dan berkata,
 “Namaku Imaidina, aku adalah saudara tiri Ibumu. Ketika aku sedang membersihkan rumah, aku tak sengaja menemukan surat tersebut, aku bermaksud ingin menyerahkan surat itu kepada Ayahmu. Tantemu yang memberika nomor telpon Ayahmu padaku. Setelahaku  menjelaskan tentang surat tersebut, akhirnya Ayahmu menyuruhku untuk mengirim surat itu ke alamat rumahmu”
“Jadi kamu adalah tanteku?lalu apa yang terjadi pada Ayahku?”tanyaku
 “Aku memang tantemu, beberapa tahun yang lalu, Aku menetap di luar negeri, mungkin itulah sebabnya kamu tidak pernah bertemu denganku. Aku datang kesini atas permintaan dari Ayahmu.  Pada hari disaat kau pergi meninggalkan rumah, Ayahmu sangat khawatir, ia terus saja mencari dirimu. Pada suatu malam, Ayahmu  memberikan alamat tantemu dan menyuruhku untuk mendatangi alamat tersebut. Tak lama setelah itu, aku mendapatkan telpon dari Ayahmu lagi, namun bukan Ayahmu yang berbicara, seorang polisi lah yang berbicara padaku. Ia mengatakan bahwa Ayahmu terkena musibah kecelakaan dan yang lebih buruknya lagi nyawa Ayahmu tidak dapat diselamatkan. Siang ini Ayahmu akan segera dikebumikan”
Air mata kembali membasahi pipiku, dengan segala penyesalan atas apa yang telah aku perbuat. Kini semuanya tampak jelas bagiku. Ayah adalah lelaki yang setia, dan Imaidina ternyata adalah tanteku. Aku lah yang telah menyebabkan ini semua ini terjadi, andai dulu disaat surat itu datang Aku berterus terang pada Ayah, maka semua ini tidak akan pernah terjadi.
Ayah telah pergi menyusul Ibu, semenjak itulah Imaidina mengajakku untuk tinggal bersama dengannya, ia juga berjanji akan menjagaku seperti anak kandungnya sendiri. Wanita yang mulanya aku benci, akhirnya menjadi Ibu pengganti bagiku. Dan sekarang aku telah berumur 25 tahun, namun kasih sayang Imaidina tetap ada untukku, selayaknya cinta Ibu kepada anaknya.
TAMAT
***


Kembalilah Cahaya Hidup


Jantung berdetak lebih kencang
hati terasa berdebar-debar
tunggu!!!

Ini bukan cinta
Bukan pula amarah

Ini hanya sebuah perasaan
yang tak menentu
ketika dunia yang terang berubah menjadi gelap
dunia yang ramai menjadi sepi
siang berubah menjadi malam
kegembiraan menjadi kedukaan
keberanian menjadi ketakutan

MATAHARI
oh bulan, ku mohon
kembalikan matahariku
kembalikan cinta dan hidupku
kulalui hidup dengan matahari
matipun akan tetap sama
itulah diriku
milikmu


BULAN
kau menang
 kau yang perkasa
tapi hanya beberapa saat,
cintaku telah kembali
kau matahari,
hidupku

BUMI
 kekasihku
 Matahari tercinta
bersatulah engkau
bersamaku
selalu
09/03/16
 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar