position:fixed;bottom:0px; right:0px;

hii

Minggu, 21 Agustus 2016

Tak dapat Terpikirkan

Dari kejauhan terdengar suara tembakan, diiringi pula suara burung yang beterbangan. Entah apa yang terjadi pada saat itu. Aku berlari sambil membawa sebuah lentera. Jalanan sangat sepi kala itu. Namun tiba-tiba aku terhenti, Hati ini bingung kemana harus berlari. Aku duduk lalu diam sejenak melihat ke arah langit. Gelap, hanya ada sinar redup bulan dan pantulan sinar matahari pada bintang. Terdengar suara tembakan lagi, suaranya sangat dekat denganku duduk. Mata ini terasa berat, aku tak sanggup membukanya. Aku mencium aroma amis yang mungkin mirip bau darah segar. Aku tersungkur, lemah tak berdaya.

Tetesan hujan membasahi tubuh ini. Perlahan mataku terbuka, namun raga tak ada kuasa. Aku hanya bisa melihat hujan telah membersihkan darah yang bersimbah di tubuhku. Telingaku hanya bisa mendengar suara katak yang bersahutan kala itu. Apa yang bisa aku lakukan pada diriku. Mulut terkunci tak bisa ucapkan sepatah kata apapun. Aku hanya bisa meratapi diriku pada malam itu. Otakku pun tak dapat pula memberikan solusi atas masalah yang menimpaku. Sehingga aku memilih menutup mataku kembali.

Perlahan aku mencoba untuk membuka mata. Mata ini terasa melihat sebuah dunia baru, sebuah ruangan berwarna putih. Pemandangan ini sangat berbeda jika dibandingkan pada saat aku membuka mata terakhir kali. Aku hanya tertegun sambil melihat sekelilingku. Tak lama terdengar suara langkah kaki, perlahan mendekatiku.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar