Dari kejauhan terdengar suara tembakan, diiringi pula suara burung yang
beterbangan. Entah apa yang terjadi pada saat itu. Aku berlari sambil
membawa sebuah lentera. Jalanan sangat sepi kala itu. Namun tiba-tiba
aku terhenti, Hati ini bingung kemana harus berlari. Aku duduk lalu diam
sejenak melihat ke arah langit. Gelap, hanya ada sinar redup bulan dan
pantulan sinar matahari pada bintang. Terdengar suara tembakan lagi,
suaranya sangat dekat denganku duduk. Mata ini terasa berat, aku tak
sanggup membukanya. Aku mencium aroma amis yang mungkin mirip bau darah
segar. Aku tersungkur, lemah tak berdaya.
Tetesan hujan membasahi tubuh ini. Perlahan mataku terbuka, namun raga
tak ada kuasa. Aku hanya bisa melihat hujan telah membersihkan darah
yang bersimbah di tubuhku. Telingaku hanya bisa mendengar suara katak
yang bersahutan kala itu. Apa yang bisa aku lakukan pada diriku. Mulut
terkunci tak bisa ucapkan sepatah kata apapun. Aku hanya bisa meratapi
diriku pada malam itu. Otakku pun tak dapat pula memberikan solusi atas
masalah yang menimpaku. Sehingga aku memilih menutup mataku kembali.
Perlahan aku mencoba untuk membuka mata. Mata ini terasa melihat sebuah
dunia baru, sebuah ruangan berwarna putih. Pemandangan ini sangat
berbeda jika dibandingkan pada saat aku membuka mata terakhir kali. Aku
hanya tertegun sambil melihat sekelilingku. Tak lama terdengar suara
langkah kaki, perlahan mendekatiku.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar